Saturday 7 May 2022

Waktu Terus Berjalan


Oleh: Didi Junaedi 

Kita bergerak atau diam, waktu terus berjalan
Kita bahagia atau sedih, waktu terus berjalan
Kita sukses atau gagal, waktu terus berjalan
Kita hidup atau mati, waktu terus berjalan
--- Didi Junaedi ---
 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung.

Waktu dimaknai juga dengan ukuran tertentu dari suatu masa (al-miqdar al-mahdud min al-zaman). Waktu yang kita kenal selama ini secara alamiah adalah peredaran bumi mengelilingi matahari. Dari proses ini kemudian muncul istilah hari, bulan dan tahun. Lebih spesifik lagi, dalam sehari semalam yang berjumlah 24 jam terbagi dalam satuan yang lebih kecil, yaitu jam, menit dan detik.

Adapun pengertian waktu secara umum adalah saat atau masa yang menyertai kehidupan manusia. Dalam hal ini, dapat dibedakan menjadi tiga masa, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang menggambarkan waktu, seperti kata yawm (hari), syahr (bulan), sanah (tahun). Al-Quran juga menyebut secara khusus untuk waktu-waktu tertentu, bahkan Allah pun bersumpah dengan waktu-waktu tersebut, seperti lail (malam), nahar (siang), fajr (subuh), shubh (pagi), dhuha (duha), ‘ashr (asar), dan waktu-waktu lainnya yang tidak secara eksplisit disebutkan tetapi menunjukkan makna waktu.

Begitu penting dan spesialnya waktu, hingga Allah pun bersumpah dengan waktu, seperti dapat kita jumpai dalam sejumlah ayat al-Qur’an. 

Ya, waktu adalah makhluk spesial. Kehidupan ini diliputi olehnya. Namun demikian, waktu adalah makhluk yang sering tidak disadari keberadaannya. Manusia sering melalaikannya. Mereka terlena dengan hiruk pikuk kehidupan ini. Sehingga saat mereka tersadar, tidak jarang hanya penyesalan yang dirasakannya. Karena berasyik masyuk dengan kehidupan dunia, tanpa disadari umur mereka bertambah, sementara bekal untuk kehidupan akhirat belum juga disiapkan. Karena terbuai dengan kenikmatan dunia yang sementara, tak terasa rambut sudah mulai memutih, mata sudah mulai rabun, tenaga tidak sekuat dulu, kulit telah mengeriput, aneka penyakit pun mulai diderita.

Saat-saat seperti inilah, biasanya seseorang baru menyadari bahwa ia telah menyia-nyiakan waktu. Sebuah penyesalan yang datang terlambat.

Hasan al-Bashri dalam sebuah kesempatan pernah berkata, "Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah (kumpulan) hari-hari, apabila berlalu satu hari maka berlalu pula bagian darimu." 

Tepat sekali pernyataan Hasan Al-Bashri tersebut. Kita ini bagian dari hari. Hidup kita ini selalu diliputi oleh waktu, dan tak pernah lepas darinya. Dalam menjalani kehidupan ini, sejak kita bangun tidur hingga tidur lagi, selalu disertai oleh detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Tidak pernah kita dapat melepaskan diri dari waktu. 

Meski kita diam seharian, waktu tetap bergerak dan berjalan. Waktu tidak pernah kompromi. Apakah kita tengah diliputi rasa suka cita ataukah duka cita, waktu terus berlalu. Apakah kita memenuhi hari-hari dengan dosa dan maksiat ataukah dengan amal shalih, waktu tetap berjalan. Ketika sang waktu telah beranjak dari kehidupan kita, maka sampai kapan pun ia tak akan pernah kembali lagi. Lan tarji’a al-ayyam al-lati madhat, sungguh tidak akan pernah kembali lagi hari-hari yang telah berlalu. Demikian sebuah syair dalam bahasa Arab menyebutkan. 

Persoalannya adalah apakah waktu-waktu yang telah berlalu kita isi dengan aktivitas positif, amal shalih, serta goresan tinta emas, ataukah justru kita penuhi dengan lembaran-lembaran kelam serta catatan hitam dosa-dosa kita?

Jika kita mengisi masa lalu kita dengan hal-hal yang sia-sia, apalagi berdampak buruk bagi diri kita, lebih-lebih terhadap orang lain, tentu kita akan menyesal. Dan tentu, penyesalan itu baru datang setelah kita menyadari kesalahan kita tersebut.

Sebaliknya, jika masa lalu kita, hari-hari yang telah kita lewati kita isi dengan hal-hal positif, dengan catatan prestasi, dan juga serangkaian kesuksesan, tentu kita akan mengenangnya dengan penuh suka cita.

Karena waktu terus berjalan, maka isilah waktu demi waktu yang kita alami saat ini dengan nilai-nilai kebaikan. Sehingga ketika sang waktu beranjak meninggalkan kita, hanya jejak-jejak kebaikan yang tertinggal dalam sejarah kehidupan kita.


* Ruang Inspirasi, Senin, 21 Maret 2022.

No comments:

Post a Comment