Tuesday 17 May 2022

Meraih Ketenangan Hati dengan Zikir


Oleh : Didi Junaedi 

‎“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan ‎mengingat Allah.  Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati ‎menjadi tenang.” (Q.S. Ar-Ra’du: 28)‎

Salah satu penyakit serius yang tengah melanda masyarakat modern ‎dewasa ini adalah kegamangan dalam menjalani hidup. Hal ini disebabkan ‎karena kondisi batin yang selalu gelisah, jiwa yang tidak tenang, serta hati ‎yang penuh kekhawatiran dan kecemasan.‎

Padahal, tidak jarang mereka yang mengalami kegelisahan batin dan ‎ketidaktenangan jiwa ini, jika dilihat dari kehidupan ekonominya bukanlah ‎orang-orang yang kekurangan. Bahkan banyak di antara mereka yang ‎berkelimpahan harta. Dari sisi materi semua tercukupi, bahkan berlebih, tetapi ‎dari sisi ruhani, mereka mengalami kekeringan dan kegersangan. Jasmani ‎mereka sehat, tapi ruhani mereka sakit. Raga mereka kuat, tapi jiwa mereka ‎rapuh.‎

Pada umumnya, mereka yang mengalami kegelisahan batin ini akan ‎mendatangi psikiater atau psikolog untuk berkonsultasi tentang persoalan ‎batin yang tengah dialaminya. Mereka berharap sang psikiater atau psikolog ‎akan memberikan solusi untuk menyelesaikan persoalan batin yang sedang ‎dihadapinya.‎

Biasanya, sang psikiater atau psikolog akan memberikan suntikan ‎motivasi berupa nasihat dan saran agar si pasien dapat kembali menjalani ‎hidupnya penuh ketenangan dan kedamaian.‎

Kenyataannya, mereka yang mengalami kegelisahan batin ini hanya ‎beberapa saat saja setelah konsultasi tersebut mengalami ketenangan batin, ‎selanjutnya kecemasan, kekhawatiran dan segala yang mengusik ketenangan ‎batinnya kembali hadir.‎

Sesungguhnya, jika orang-orang yang mengalami keresahan jiwa, ‎kegelisahan batin, serta ketidaktenangan dalam hatinya mau kembali kepada ‎ajaran agama (Islam), pasti mereka akan menemukan jawaban atas persoalan ‎yang tengah dihadapinya.‎

Dalam Islam, al-Qur’an mengajarkan sebuah cara efektif untuk ‎menghilangkan keresahan jiwa, kegalauan hati dan kegelisahan batin. Cara ‎yang dimaksud adalah zikir. Ya, zikir yang berarti mengingat atau menyebut ‎‎(nama Allah Swt) adalah cara paling tepat dan efektif untuk menghilangkan ‎segala bentuk penyakit dalam hati kita.‎

Secara umum, zikir adalah semua amal atau perbuatan baik yang lahir ‎maupun batin, yang mengantarkan seseorang untuk mengingat Allah dan ‎mendekat (taqarrub) kepada-Nya.‎

Imam Nawawi mengatakan bahwa zikir itu dapat dilakukan dengan ‎hati atau dengan lisan. Akan tetapi lebih utama (afdhal) bila dilakukan dengan ‎keduanya. Tetapi, jika ingin memilih diantara kedua hal itu, maka zikir ‎dengan hati lebih afdhal. ‎

Dzikir dalam arti mengingat adalah menyadari dan mengakui sepenuh ‎hati segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, baik berupa rezeki yang ‎tampak secara lahir, seperti: harta, anak (keturunan), rumah, kendaraan dan ‎segala hal zahir lainnya, maupun yang tidak tampak atau bersifat abstrak, ‎seperti kesehatan, kemudahan, kebahagiaan, ketenangan dan yang lainnya.‎

Adapun zikir dalam arti menyebut nama Allah adalah dengan ‎melafalkan kalaimat-kalimat thoyyibah seperti kalimat tasbih (subhanallah), ‎tahmid (alhamdulillah), tahlil (la ilaha illallah), takbir  (Allahu Akbar), istighfar ‎‎(astaghfirullah), hawqalah (la hawla wa la quwwata illa billah) dan kalimat-‎kalimat thoyyibah lainnya.‎

Menurut Al-Ghazali, zikir merupakan aktivitas yang penting, bahkan ‎satu-satunya cara yang tepat untuk memfokuskan hati hanya kepada Allah. ‎Zikir adalah cara untuk menenangkan hati dan menentramkan batin. Dengan ‎zikir, seeseorang akan mendapatkan sakinah, ketenangan dan kenyamanan ‎hidup.‎

Rasulullah Saw pernah mengilustrasikan perbedaan antara orang yang ‎berzikir dengan yang tidak berzikir. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan ‎oleh Abu Musa r.a. Rasullullah Saw pernah menegaskan, "Perumpamaan orang ‎yang berzikir kepada Allah dan orang yang tidak berzikir, adalah seumpama ‎orang yang hidup dan mati." (HR. Bukhari)‎

Dari keterangan hadis ini, jelas bahwa hati yang selalu dihiasi dengan ‎zikir (ingat) kepada Allah akan selalu hidup. Hati yang tak pernah lepas ‎mengingat dan menyebut asma Allah akan menjadikan seseorang bergairah ‎dalam menjalani kehidupan ini. Hati yang hidup akan melahirkan semangat ‎untuk terus berkarya, melakukan hal terbaik yang dapat memberi manfaat ‎baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati yang hidup akan melahirkan ‎kreativitas. Hati yang hidup akan selalu melihat ‘jalan keluar’ atas setiap ‎persoalan yang datang menghadang. Tidak ada kata ‘sulit’, tidak ada istilah ‎‎‘buntu’ bagi orang-orang yang senantiasa menyandarkan hatinya kepada ‎Allah. ‎

Sementara hati yang tak pernah diisi dengan kalimat-kalimat thayyibah, ‎hati yang kering dari siraman zikir kepada Allah akan mati. Hati yang mati ‎akan menjadikan seseorang hidup dalam kegelisahan, kegamangan dan ‎ketidakmenentuan. Hati yang mati membuat seseorang tidak akan dapat ‎berpikir jernih. Kehidupan bagi orang yang hatinya ‘mati’, ibarat gelap malam ‎di hutan belantara yang menakutkan. Hati yang mati menjadikan seseorang ‎selalu menganggap ‘sulit’ dan ‘buntu’ ketika dihadang beragam persoalan ‎hidup. Singkatnya, seseorang yang jauh dari zikir, tidak pernah mengingat ‎dan menyebut nama Allah akan merasakan kegelisahan batin, keresahan jiwa ‎dan kegersangan ruhani.‎

Dengan selalu mengingat dan menyebut nama Allah, merasakan ‎kehadiran-Nya di setiap gerak, langkah kaki, serta hembusan nafas kita, hati ‎kita menjadi tenang.‎


* Ruang Inspirasi, Rabu, 18 Mei 2022.

No comments:

Post a Comment