Saturday 7 May 2022

Bahagia Sepanjang Masa


Oleh : Didi Junaedi 

Sungguh, betapa nikmatnya hidup ini jika kita mampu menghadirkan ‎kebahagiaan setiap saat, setiap waktu, sepanjang masa. Pertanyaannya ‎kemudian, mungkinkah?‎

Jawaban atas pertanyaan ini ada pada diri kita masing-masing. ‎Dapatkah kita menghadirkan kebahagiaan dalam hidup ini setiap saat, setiap ‎waktu, sepanjang masa?‎

Mari kita melihat ke dalam diri kita masing-masing. Kita tanyakan ‎sejumlah pertanyaan, dan kita jawab secara jujur. ‎

Apakah setiap saat, setiap waktu, kita lebih banyak mensyukuri nikmat ‎atau mengingkarinya? ‎

Apakah setiap saat, setiap waktu, ketika ujian dan cobaan hidup ‎datang menghadang, kita lebih banyak mengeluh, meratapi nasib, mengutuk ‎keadaan, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Tuhan, ataukah kita ‎menerimanya dengan lapang dada, tabah dan sabar sembari mencari solusi ‎terbaik atas persoalan yang menimpa kita itu, sekaligus memetik hikmah atas ‎apa yang kita alami? ‎

Apakah setiap kali saudara, sahabat, tetangga dan orang-orang yang ‎kita kenal mendapat anugerah kebaikan berupa rezeki yang melimpah, ‎kesuksesan dalam karir, keharmonisan dalam rumah tangga, kita ikut ‎bersyukur dan bahagia, ataukah justru iri dan dengki terhadap mereka? ‎

Apakah setiap kali orang-orang dekat yang kita kenal tertimpa ‎musibah, kita ikut sedih, prihatin ataukah tidak peduli dengan mereka? ‎

Apakah setiap kali kita mendapatkan limpahan rezeki berupa ‎keuntungan dalam berniaga, kesuksesan dalam karir, kemudahan dalam ‎setiap urusan, kita menyukurinya dengan berbagi kepada sesama ataukah kita ‎nikmati sendiri?‎

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menentukan ‎apakah kita bisa menghadirkan bahagia setiap saat, setiap waktu, sepanjang ‎masa, ataukah tidak.‎

Bahagia sepanjang masa itu bukan hal mustahil, jika kita mampu ‎memahami rumusnya.‎

Berikut penulis sedikit berbagi rumus bahagia, semoga penulis bisa ‎mempraktekkannya, dan semoga pembaca juga bisa menerapkannya:‎

‎1.‎ Bahagia itu “meskipun”, bukan “tetapi”. Berikut contohnya: “Meskipun ‎hidup sederhana, dengan jiwa yang lapang dan hati yang selalu ‎bersyukur, kita akan selalu bahagia.”  Bukan “saya ingin bahagia, tetapi ‎masih banyak yang belum sesuai keinginan saya.”‎

‎2.‎ Bahagia itu mensyukuri nikmat yang sudah kita miliki, bukan terus-‎menerus membayangkan sesuatu yang belum kita miliki. ‎

‎3.‎ Bahagia itu ketika melihat orang lain bahagia kita ikut bahagia. ‎

‎4.‎ Bahagia itu nilai, bukan materi.‎

Berikut penulis kutipkan sebuah status Facebook yang pernah penulis ‎unggah tentang hakekat hidup, yang bisa menghadirkan bahagia sepanjang ‎masa.‎

Tentang... bukan... tetapi..‎
Oleh : Didi Junaedi

Tentang rezeki, bukan banyaknya, tetapi berkahnya.‎

Tentang ilmu, bukan tingginya, tetapi manfaatnya.‎

Tentang jodoh, bukan tampan dan cantiknya, tetapi shalih dan shalihahnya.‎

Tentang status, bukan jomblo dan menikahnya, tetapi menjaga kesuciannya.‎

Tentang karya, bukan best-sellernya, tetapi konsistensi penulisnya terhadap ‎
pesan yang disampaikan di dalam karyanya.‎

Tentang ibadah, bukan semarak dan semangatnya, tetapi ikhlasnya.‎

Tentang hidup, bukan gemerlap dan wahnya, tetapi kebermaknaannya.‎

Tentang mati, bukan surga dan nerakanya, tetapi keridlaan-Nya.‎


* Ruang Inspirasi, Selasa, 29 Maret 2022

No comments:

Post a Comment