Oleh : Didi Junaedi
“Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (Q.S. Al-Hujurat : 13)
Melalui ayat ini, Allah Swt. menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di hadapan Allah bukan ditentukan oleh nasab atau jalur keturunan, kekayaan, kedudukan atau status sosial, pangkat, serta jabatan yang disandang oleh seseorang, melainkan ditentukan oleh kadar ketakwaan yang dimilikinya.
Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya mengingatkan, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu dan hartamu, akan tetapi melihat hati dan perbuatanmu”. (HR. Ath-Thabrani)
Al-Qurthubi, ketika menjelaskan hadis tersebut dalam tafsirnya, mengatakan bahwa kita tidak boleh menghukumi atau menilai seseorang dari tampilan luarnya. Karena itu hanyalah yang tampak di permukaan saja. Sedangkan hakekat seseorang adalah apa yang tertanam dalam batinnya. Bisa jadi, orang yang kelihatannya baik secara lahiriah, tetapi justru memiliki sifat-sifat buruk atau niat jahat dalam hatinya. Pun sebaliknya, seseorang yang tampak buruk tampilan luarnya, bisa jadi sangat baik hatinya, serta mulia akhlaknya.
Penampilan luar memang seringkali menipu kita. Kita mudah saja yakin dan percaya kepada seseorang yang berpenampilan parlente, ucapannya meyakinkan, pakaiannya serba bermerek. Padahal belum tentu dia punya maksud baik. Sementara tidak jarang kita mengacuhkan dan menganggap remeh orang yang berpenampilan sederhana bahkan terkesan asal-asalan, padahal bisa jadi dia memang orang baik yang betul-betul tulus serta berbudi pekerti luhur.
Hadis di atas bisa menjadi acuan bagi kita agar tidak mudah menilai seesorang hanya karena penampilan luarnya saja. Dalam hadis tersebut ditegaskan bahwa Allah tidak menilai seseorang dari rupa atau fisik serta hartanya, tetapi oleh menilai seseorang dari hati dan amal (perbuatan) nya. Allah Mahamengetahui, baik yang terlihat jelas ataupun yang tersembunyi, yang terang ataupun yang samar, yang lahir ataupun yang batin. Allah menilai seseorang karena nilai ketakwaan yang dimilikinya.
“Al-Taqwa ha huna..”, takwa itu di sini (sembari menunjuk ke dada). Demikian salah satu pernyataan Nabi Muhammad Saw. menyebutkan. Ya, maksud Nabi Saw. adalah bahwa takwa itu bukan semata-mata yang tampak di luar, dengan mengenakan baju takwa atau hijab syar’i misalnya, tetapi keimanan yang menghunjam kuat di dalam dada, keyakinan yang menancap merasuk ke relung hati, yang kemudian terejawantah dalam aktivitas hidup sehari-hari.
* Ruang Inspirasi, Jumat, 18 Maret 2022.
No comments:
Post a Comment