Monday 9 May 2022

Belajar Empati di Bulan Suci



Oleh : Didi Junaedi 

Salah satu hikmah di antara sejumlah hikmah disyariatkannya ibadah ‎puasa, menurut Syeikh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam karyanya “Hikmat al-Tasyri’ ‎wa Falsafatuhu” adalah lahirnya sikap empati, kasih sayang (rahmat) kepada ‎sesama, yakni fakir miskin. 

Hal ini dimungkinkan, karena di saat berpuasa, ‎seseorang merasakan lapar dan dahaga, sebagaimana yang biasa dirasakan ‎oleh kaum papa, yakni fakir (al-fuqara) dan miskin (al-masakin) tersebut.‎

Jika di bulan-bulan lain selain Ramadan, sikap empati seringkali ‎menjadi barang langka, digerus oleh keangkuhan dan kesombongan, maka di ‎bulan suci ini, diharapkan sikap empati kembali hadir dalam diri setiap ‎manusia. ‎

Kesadaran kemanusiaan itu digugah oleh sebuah ritual ibadah ‎bernama puasa. Orang-orang yang memahami dan menghayati makna ‎sesungguhnya ibadah puasa ini akan menyadari, betapa manusia adalah ‎makhluk mulia yang diciptakan Tuhan, dan dihadirkan ke muka bumi ini. ‎Kemuliaan itu berasal dari sucinya diri (fitrah) sejak azali, dengan dilengkapi ‎akal dan hati, disempurnakan dengan bimbingan wahyu Ilahi dan teladan Nabi ‎‎(Saw).‎

Kemuliaan tersebut akan terus ada dan menyertai manusia, jika dia ‎mempertahankan dan menjaganya melalui aktivitas mulia, berupa peningkatan ‎kualitas hubungan dengan Allah (hablun minallah ) dan hubungan dengan ‎manusia (hablun minannas). Atau dengan kata lain, kemuliaan manusia akan ‎terjaga dengan baik jika ibadah ritual dan ibadah sosial terjalin erat satu sama ‎lain.‎

Sebaliknya, jika kualitas hubungan dengan Allah dan hubungan ‎dengan manusia terabaikan, atau salah satunya terabaikan, maka kemuliaan ‎yang sudah ada pada dirinya akan berganti dengan kehinaan.
Keistimewaan ‎yang melingkupinya akan berubah menjadi kerendahan.‎

Di titik inilah ibadah puasa menemukan relevansinya. Puasa ‎mengajarkan kepada manusia untuk tetap meneguhkan eksistensi kemuliaan ‎diri, melalui dua hubungan sekaligus. Hubungan spiritual Ilahi (hablun ‎minallah), berupa ibadah puasa di siang hari, dan hubungan sosial insani ‎‎(hablun minannas) dengan mengajarkan semangat berbagi kepada sesama, ‎baik melalui zakat, infak, sedekah dan yang lainnya.‎

Singkatnya, bulan suci yang tengah kita jalani ini mengajarkan tidak ‎sekadar bagaimana menjalin relasi yang suci dengan Ilahi, tetapi juga ‎menjalin hubungan yang erat dengan insani, melalui sikap empati.‎ 


* Ruang Inspirasi, Senin, 4 April 2022.

No comments:

Post a Comment