Oleh: Didi Junaedi
Alhamdulillah.. sebulan penuh kita belajar di Madrasah Ramadan. Banyak materi pelajaran penting yang telah kita dapatkan. Pelajaran tentang kesabaran, kedisiplinan, empati, kebersamaan, semangat berbagi dan masih banyak lagi pelajaran lainnya.
Kini, Madrasah Ramadan telah usai. Serangkaian materi pelajaran pun telah kita lalui. Yang tersisa hanyalah memori setiap kita, para pelajar tentang materi pelajaran tersebut.
Layaknya sebuah madrasah, tentu di dalamnya terdapat beragam model dan tipe pelajar yang mengikuti proses pembelajaran. Ada pelajar yang penuh perhatian menyimak materi pelajaran, berusaha memahami setiap materi yang disampaikan oleh sang guru (tenaga pengajar), mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan serius, serta berusaha untuk tetap menjaga kedekatan emosional dengan sang guru, meskipun sudah lulus dari madrasah tersebut.
Di sisi lain, ada pelajar yang sekadar memenuhi kewajibannya menjadi seorang pelajar, yakni datang ke madrasah, mengikuti pelajaran meski tidak dengan perhatian penuh, malas mengerjakan tugas yang diberikan sang guru, serta tidak terlalu peduli tentang hubungan emosional dengan sang guru.
Ada pula pelajar yang jarang datang ke madrasah. Ketika hadir di kelas pun tidak memperhatikan materi dari sang guru, abai mengerjakan tugas, bahkan sering bermasalah dengan sang guru.
Ilustrasi tersebut menggambarkan bagaimana kondisi kita ketika belajar di Madrasah Ramadan. Ada yang benar-benar menjalani ibadah di bulan suci Ramadan penuh kekhusyuan. Berpuasa dengan ketulusan niat karena Allah, berusaha memahami hakekat serta makna puasa. Melaksanakan qiyam ramadan, tadarus al-Qur’an, sedekah, dan ibadah-ibadah lain penuh khidmat. Ketika Madarasah Ramadan telah berlalu pun tetap menjaga kedekatan emosional dengan Sang Guru, yakni Allah Swt.
Ada juga yang menjalani puasa sekadar menggugurkan kewajiban. Tidak pernah berusaha memahami pelajaran penting tentang makna serta hakekat ibadah puasa yang sesungguhnya. Menjalankan ibadah-ibadah lain di bulan puasa, seperti shalat tarawih, tadarus al-Qur’an, sedekah dan ibadah lainnya sekadarnya saja. Dan begitu Madrasah Ramadan usai, tidak peduli dengan masalah kedekatan emosional kepada Sang Guru.
Model pelajar berikutnya adalah yang ketika selama berada di bulan Ramadan, hanya beberapa kali saja berpuasa, itu pun tidak didasari niatan tulus, tetapi karena tidak enak dengan keluarga, tetangga serta lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Ketika menjalankan ibadah puasa serta ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadan, mereka tidak peduli bahkan tidak mau tahu apa sebenarnya makna serta hakekat yang terkandug di dalam ibadah-ibadah tersebut. Begitu selesai Madrasah Ramadan, mereka merasa bebas untuk berbuat apa saja. Jangan tanya bagaimana kedekatan emosional mereka dengan Sang Guru. Mereka menganggap bahwa hubungan dengan Sang Guru sebatas ketika di Madrasah saja, setelah itu tak ada lagi hubungan dengan-Nya.
Termasuk tipe pelajar yang manakah kita? Jawaban atas pertanyaan ini ada pada diri kita masing-masing.
Semoga, memasuki bulan Syawwal, yang berarti peningkatan ini, kualitas diri kita semakin meningkat, bahkan jauh lebih baik lagi dari kualitas diri kita selama Ramadan.
* Ruang Inspirasi, Rabu, 4 Mei 2022.
No comments:
Post a Comment